Lumpur Lapindo

Kita pasti masih ingat dengan  tagedi lumpur Lapindo sejak semburan pertama di Desa Renokenongo, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 29 Mei 2006  hingga sekarang tahun 2010, berarti telah 4 tahun Lumpur itu menutupi daratan kita tercinta. Kini, menjelang empat tahun lumpur menyembur, sekelompok anak muda kembali mengkritik dan menyatakan prihatin atas tenggelamnya 12 desa sehingga 14.000 keluarga kehilangan tempat tinggal akibat lumpur panas Lapindo. Sebagian orang berdemo degan cara berkumpul bersama korban Lumpur lainnya untuk menyuarakan Hak mereka yang di rebut oleh PT Lapindo, Mereka juga memasang spanduk besar di salah satu pohon. Spanduk itu mengkritik salah satu perusahaan yang tergabung dalam Bakrie Group. Spanduk itu bertuliskan "Ngoceh 100 jam nonstop. Sampe lupa kalau ada saudara kita yang tenggelam, dan di puncak aksi, mereka melakukan aksi teatrikal yang diperankan oleh empat orang diiringi dentuman drum. Dua orang berpakaian rapi dengan dasi di leher terus menelepon, sedangkan dua lagi dengan mengenakan celana sekolah menderita terkena lumpur. "Hilang... Tenggelam...," teriak salah satu peserta menutup aksi. Pemerintah dan Lapindo hanya bisa ngoceh tanpa ada realisasi. Selalu bilang sudah ditangani, sudah selesai, baik-baik aja. Tapi nyatanya sampai sekarang lumpur masih menyembur teriak salah satu dari pendemo.

Kenaikan Harga Sembako

Sejumlah kebutuhan pokok di berbagai daerah selama 2 pekan ini mulai menunjukkan kenaikan.  Kebutuhan pokok, seperti beras, bawang merah dan putih, daging dan telur ayam, gula pasir, naik sekitar 30-75%, dan yang meningkat tajam adalah cabai keriting dan cabai merah dengan lonjakan harga hingga mencapai dua kali lipat.
Dalam teori ilmu ekonomi, harga merupakan salah satu faktor utama-- meskipun bukan faktor satu-satunya--yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga menjadi faktor utama pilihan pembeli semakin terlihat di antara kelompok-kelompok miskin. Namun, harga bukan menjadi faktor utama pilihan pembeli bagi masyarakat yang mampu/kaya. Namun, teori ini hanya berlaku bagi produk-produk di luar kebutuhan bahan pokok. Untuk kebutuhan bahan pokok yang termasuk kebutuhan primer, akan memiliki dampak garis lurus dengan turunnya pembelian pada kebutuhan sekunder dan pertumbuhan ekonomi.

Basuki: Kita Berdoa, Jakarta Enggak Banjir...

JAKARTA,Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum siap menghadapi musim penghujan yang diprediksi akan datang sekitar bulan Desember mendatang.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan beberapa permasalahan untuk mengantisipasi banjir masih terhambat. Seperti misalnya, permasalahan pembebasan lahan dengan pemerintah pusat dan pembangunan rumah susun (rusun) yang juga belum sepenuhnya selesai.
"Tapi, kita kerja terus kok walaupun tidak bisa sempurna. Kita berdoa, Jakarta enggak banjir, enggak bisa 100 persen bebas banjir juga lah," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Senin (21/10/2013).

Mantan Bupati Belitung Timur itu kemudian memaparkan berbagai hambatan yang dialami oleh DKI dalam penanggulangan banjir. Misalnya saja, masih ada hambatan pembebasan lahan di Kali Pesanggrahan, masih belum optimalnya pompa-pompa Ancol, jebolnya tanggul di Muara Baru, dan sebagainya